Minggu, 09 April 2017

Mati Rasa

Kamu..
Pelengkap di kala sunyi
Rindu yang tak pernah sampai tuntas
Nyanyian yang terngiang-ngiang dengan riang

Kamu..
Aroma hidup seperti candu
Tak pernah selesai angan tentangmu
Kehangatan dalam dinginnya kehidupan

Kala langit berubah menjadi abu-abu
Kau menghilang seiring hujan abu
Langitku tak lagi bersemu
Tanpa kamu

Hampa
Gelap
Air mata

Tanpa kamu Aku mati rasa

Money can't buy everything

Catatan akhir 2016 dan mengawali 2017.

31 Desember 2016, memulai perjalanan kembali ke kota kelahiran dengan berbagai rentetan rencana yang terancam batal. Akhir tahun 2016 banyak hal telah terjadi mengubah persepsi, mengubah hal-hal yang hampir pasti jadi tak pasti. Percaya akan kehendakNya lah yang terbaik. Banyak jalan menuju Roma kalo aku sih banyak jalan menuju bahagia 😬.

Landing surabaya yang kubayangkan pertama adalah makanan khas yang aku ingin coba. Well, it didn't happened. Merayakan natal yang terlewat dan alhamdulillah masih bisa bertemu eyang dan keluarga. Takjub sepupuku sudah besar dan bisa berlari kesana kemari dengan usilnya. Sepupu gantengku sudah gede nih, pertanyaannya sudah berapa lama aku tak pernah 'peduli' dengan sekelilingku?? Hmm sesibuk itu kah aku? Pertanyaan susah.

Day-2. Masih belum bisa pergi berkeliaran dengan kesibukanku sendiri. Pagi dengan persiapan menuju ke rumah Ayah-mbah Kakung- setelah tau beliau kecelakaan pun aku tak bisa pulang. Here i am finally. Sebenarnya seberapa jauh kesibukanku mengubahku, entahlah. Empatiku pun terkikis. Di rumah ayah semua berubah tak seperti biasanya. Beliau hanya bisa berbaring bahkan tidak bisa mengenali kalau tidak dibisikkan siapa yang datang. How come time flies too fast. Sedih? Pasti. Sampai dengan saat ini kehilangan yang paling menyakitkan pun belum terobati hampir 17 tahun yang lalu berpulang ibu-mbah putri- kepadaNya. Ntah sudah berapa lama mengurung diri dan akhirnya bisa kembali lagi. Sekarang dihadapkan pada kondisi yang sama. Tapi dengan kondisi yang lebih dewasa, i m sure everything will be alright.

Satu hal yang selalu terlewat begitu saja yaitu mengunjungi makam beliau. I miss her so much.

Rencana selalu tak seindah ekspektasi. Tapi aku bersyukur masih bisa melewati akhir dan awal tahun bersama keluarga. Seberapa banyak uang yang dihasilkan takkan pernah bisa membeli waktu-waktu yang telah terlewat.
Karena aku tak bisa selalu ada pada saat-saat penting dalam agenda keluarga. Feeling guilty always.

Semoga tahun ini banyak kado manis dibalik semua lelah, keluh kesah dan air mata. Karena uang tidak akan bisa mengganti semua itu. Yakin dalam hati doa yang tulus akan sampai pada hati orang-orang yang kita cintai. I know i still have litlle space in their heart to be loved, to be missed, and their pray.

Alhamdulillah ya Robb ❤️

Minggu, 29 Mei 2016

Kosong

jiwaku layu merindumu
hatiku rapuh menunggumu

hari kian berlalu,di penghujung ramadhan lalu Allah memperkenalkanku dengan belajar menerima perbedaan yang begitu jauh dengan hal-hal yang tidak mungkin disatukan. 'sabar' hanya kata itu yang mampu mengutarakan semuanya.
meniti hari, minggu dan bulan bersamanya, aku belajar lebih mandiri di tanah rantau ini.

dia yang 'ada' tapi tak benar-benar ada. jarak dan perbedaan waktu yang membuat keadaan tak mudah. bulan demi bulan pun berlalu menunggu dan menunggu. aku pun berusaha menikam rindu yang semakin menusuk. tegar, mungkin hanya 'terlihat' seperti itu. aku rapuh seperti dedaunan kering di musim kemarau. rapuh hanya dengan koyakan angin yang mampu meremukkan rasa ini.

semua tak pernah benar-benar mudah. menghadapi kenyataan tak semudah membangun harapan. hancur seperti susunan balok lego atau susunan kartu yang dengan mudah dibongkar. messed up. yup indeed.

apalah aku?

terlalu baik bisa lebih menyakitkan. betrayal bisa membunuh api semangat. menikam seluruh asa. menghancurkan harapan.

kosong?
seperti lembaran kertas yang bisa ditulis ulang. wait. mungkin kita bisa membuka kehidupan baru dengan kertas kosong ini. tapi, kosong itu bukan lagi lembaran kertas. kosong itu lubang yang ketika ditambal pun akan berbekas. sepertinya bisa diperbaiki tapi tidak akan kembali seperti semula.

lembaran baru pun bisa ditulis dengan cerita baru. namun kosong itu belum bisa terisi dengan cerita baru. kosong itu tetap akan menjadi lubang yang pada nantinya akan terlupakan sendirinya.

terlupakan bukan berarti hilang.

so berapa banyak lubang kosong yang terlupakan?

i don't even know about that.

aku hanya tau bagaimana melanjutkan hidup dengan berbagai kekosongan yang tetap ada. life must go on. hancur bukan berarti musnah kan?
masih ada masa depan yang belum ternodai dengan berbagai masalah pelik.
aku hanya tau cara menata kembali masa depan dengan hati yang tetap remuk redam.
bolehlah patah hati tapi pantang patah arang.
entah seberapapun banyak lubang kosong dari tikaman masa lalu hari esok tetap ada terbit dan tenggelamnya matahari.

kosong?

takkan ada obat untuk mengembalikan keadaan seperti semula. just keep going. u learn something new. getting new experiences. meet peoples.
we live a wonderful life.

kekosongan itu akan selalu ada di setiap perjalanan. sakit atau tidak tergantung kita menyikapinya.

menangis adalah hal yang wajar untuk merespon rasa sakit. apapun yang telah terjadi takkan mengubah masa lalu. menyesal? pasti. tapi, terbitnya  mentari takkan menunggu kita yang masih tenggelam dalam kekosongan ini.

be strong. masih ada hari esok yang bisa lebih baik.

setelah badai akan ada pelangi.
begitu juga aku yang akan membuat pelangiku sendiri.

Kamis, 14 April 2016

Anak Rantau

Langit tak selalu cerah... dan tidak pula selalu gelap.
setiap jalan pasti tak mulus.
akan ada usaha sungguh-sungguh di balik doa.
akan ada rindu yang kau bawa dari ibu.

Hampir setahun menjadi anak rantau. Jauh dari rumah. Apasih yang disebut dengan rumah? sampai sekarang masih belum tau secara pasti. Rumah bukan hanya tempat tinggal yang kita sertakan dalam setiap alamat. Bagiku arti 'rumah' lebih dari itu.
Rumah adalah tempat dimana kita merasa nyaman untuk benar-benar jadi diri sendiri dan dengan orang-orang yang tulus menerima kita apa adanya.

So, which one i have to go to?

Terkadang rumah itu bisa tergantikan. Banyak hal yang menyibukkan sehingga rumah itu bisa tiba-tiba menghilang berganti dengan segala rentetan jadwal dan deadline.
Apabila ditanya ditanya..

ga kangen sama rumah?
of course, i did. I always miss my hometown with the whole things there.

terus, kenapa ga pulang?
pertanyaan susah.

terkadang aku merasa menjadi anak durhaka. karena jarang sekali aku benar-benar pulang. ketika aku pulang sudah banyak jadwal yang aku arrange entah hang-out bersama teman-teman, menghadiri pernikahan, atau sekedar jalan untuk kuliner. Lalu, sebenarnya aku pulang untuk apa?
Bahkan sudah sampai di titik itu.

setelah merantau hampir setahun aku baru merasakan hal tersebut. emm. Ortu baik-baik aja dengan kelakuanku yang seperti itu. Namun, ternyata aku yang tidak 'baik-baik saja'. Seperti ada hal yang tidak bisa tersembuhkan. Hal yang tiba-tiba kosong. Sampai saat ini belum bisa tergantikan hanya dengan kehadiran pacar.
I need my parents back sometime. but it was so childish. yes i m still a kid.

i feel my heart got hurt to write it down.

setiap keliling dai tempat-tempat baru seneng sih tapi ketika sampai di toko oleh-oleh feel something sad. aku pengen bagi kebahagiaan yang kurasain dengan mama, papa adek2ku tapi aku ga bisa. ketika aku sampe di kos cuma nemu kamar kosong. just me. i have everything in my little world but just feel nothing.

so, which one do u want to go to?

selama rentetan jadwal dan deadline masih menanti, mungkin aku bakal baik-baik saja. tapi tetap saja akan jadi kosong setelahnya.

sampai dengan saat ini sudah tidak ada lagi kata 'rumah' dalam kamus pribadiku. i just wanna share my half life with my family. it will be called home. i don't care wherever it will be. here or my hometown i just need them.
i realize that i need them more than everything.

ma, sehat terus ya.
i will be right there soon.

Senin, 28 Maret 2016

Being person who’s people expect to...



Ah.. si A belagu banget sih
Si B sok banget kaya dia bisa semua aja
Si C pasti baik ada maunya

Terkadang kita terlarut dengan persepsi yang dibangun oleh kita sendiri. Sebenarnya persepsi negatif yang telah kita bangun membuat kepribadian kita melemah. Hah? Koq bisa gitu? Hmm.. pernahkah menyadari hal ini? kita lebih banyak memperhatikan orang lain. Kita mengenali dengan baik kekurangan orang tersebut dan masih bisa memikirkan di tengah-tengah kesibukan kita, sedangkan pernahkah kita ingat akan diri kita sendiri?
Apasih tujuan hidup kita?
Apakah sudah ada poin-poin untuk menjawab itu?
Sudahkah apa yang kita lakukan membahagiakan diri kita sendiri?
Kalau sudah bisa bahagia untuk diri sendiri, apakah kebahagiaan kita juga dirasakan orang lain?
Apakah sudah merasa puas dengan diri kita sendiri?
Pertanyaan terakhir tadi akan terjawab TIDAK apabila masih melakukan perbandingan terhadap orang lain. Suka tidak suka dengan mengatakan si A, si B, si C dll menunjukkan ada dari kita yang kalah dari si A/B/C atau jangan-jangan malah kita mengakui bahwa apa yang kita ucapkan untuk si A/B/C sebenarnya adalah diri kita sendiri. Kita hanya berpura-pura menutupi hal itu semua.
Lalu,
Apasih yang membuat kita jadi terlalu fokus dengan orang lain?
Mengambil istilah lama ‘rumput tetangga lebih hijau’. Sad but true.
Ah tapi beneran si A itu emang kelakuannya sok, hmm sudahkah anda bertanya pada si A? atau anda Cuma ‘ngomong’ di belakang aja?
See? Sebaiknya selesaikan dulu pergolakan batin anda antara mengakui kesalahan atau mau menegakkan kebenaran. Menghadapi orang sok atau apapun itu yang menjengkelkan hanya ada beberapa cara jitu salah satunya mengajak bicara atau menegur. Tidak akan ada perubahan apabila kita hanya diam dan drama di belakang ‘dia’.
Berperilaku seperti yang orang harapkan.. hal seperti ini merupakan cita-cita semua orang kepada orang lain di sekitarnya. Benar apa benar? TAPI sudahkah anda bisa menjadi seperti itu?
What you did what you get
Dalam opini saya, menjadi diri sendiri sangatlah perlu. Namun, kita harus bisa mengatur porsi sesuai kebutuhan. Ada kalanya kita ‘tenggang rasa’ dan ada kalanya just being you. Bekerjalah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Jadilah pribadi profesional. Memang tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin.
Generasi kita semakin menjadi tumpuan pembangunan dewasa ini. Kita dituntut menjadi sempurna dalam waktu yang bersamaan. Banyak harapan disandarkan pada kita. But there is no perfect one except GOD. So jangan mengkerdilkan diri sendiri dengan mengecilkan orang lain.
Being person who’s people expect to? Kenapa takut?
Bukan lagi perkara harapan si A agar tidak sok ya..
TANTANGAN kita semakin besar masih rempong dengan perkara sepele itu?
Hellooow...
Ambil kaca dulu ya.. tarik nafas.. senyum
Senyumnya ikhlas engga?
Kalau ga ikhlas itulah muka kita dengan ‘topeng’
Cukuplah gunakan topeng-topengmu di luar sana jadilah apa yang kamu mau di zona nyamanmu dan terimalah dengan ikhlas kekurangan orang lain. Kita tidaklah sempurna.

*sebuah renungan malam sebagai kaca diri sendiri*

Minggu, 27 Desember 2015

Happiness is simple

Bahagia itu ketika bisa berbagi rasa suka cita serta syukur bersama orang lain. Perjalanan memang tak pernah mudah. Mengutip dari kata-kata yang sering diucapkan seorang sahabat "jalanmu itu banyak yang dipermudah daripada orang lain, tapi ditengah kemudahan itu kamu juga pasti mengalami masalah tetap bersyukur itulah proses". Maka nikmat mana yang mau didustakan.

Perjalanan di tanah rantau membuatku lebih keras dalam berpikir lebih keras berusaha dan lebih banyak belajar sabar. Menjadi pribadi kuat perlu ditempa lebih kuat pula. 

Suatu hari di perjalanan menuju bandara. Saya dipertemukan dengan seorang supir taksi. Bapak beranak dua dengan begitu santun dalam menyampaikan setiap kata. Di kota yang penuh dengan banyak intrik masih ada orang baik dalam pikirku. Bapak tersebut menceritakan kepada saya perjalanan kedua anaknya dalam menempuh kehidupan sekolah sampai dengan bekerja. Seorang 'aku' dengan begitu banyak ego pun merasa tertampar. Salah satu putri beliau setelah melalui perjuangan panjang sekolah dan tes penerimaan karyawan, akhirnya diterima di salah satu perusahaan multinasional dengan gaji yang sudah dianggap mapan. Namun, putri beliau banyak menghadapi tantangan dalam mengambil keputusan 'moral' benar dan salah. Ketika ia memutuskan untuk berhenti tauk pelak orang tuanya pun marah. Namun, ia tetap kukuh untuk berhenti karena tidak sanggup menanggung beban lagi. Hal yang mengejutkan adalah ia sering mendapat case yang memaksanya menerima uang yang bukan hak nya. Seketika itu bapak supir taksi pun menangis. Putri beliau memutuskan menjadi pengajar saja daripada bekerja dengan banyak ketidakjujuran. Beliau menyampaikan pada saya bahwa ia bersyukur anak-anaknya masih memegang teguh nilai yang diajarkannya. Beliau mengingatkan saya agar tetap bisa menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik. Seketika itu pun saya berkaca pada diri sendiri. Apakah saya bisa seperti itu?

Dari kisah seorang supir taksi tersebut banyak hal yang saya renungkan. Seringkali saya lupa bersyukur akan nikmat Allah dan masih sering mengeluh.
Apabila bersyukur saja belum bisa, lalu bagaimana mau bahagia?

Alhamdulillah masih dipertemukan orang-orang baik yang mau mengingatkan saya.
Terimakasih pak, sudah mengingatkan saya 😊

Sabtu, 21 November 2015

Ketika harus memilih..

Perjalanan tak selamanya mudah begitupun sebaliknya tidak ada yang sulit ketika masih ada asa. 

Jakarta, kota yang tak pernah diam. Orang berlalu lalang berjuang. Diantaranya adalah aku. Seorang newbie yang hanya bermodal nekat, niat dan hanya sedikit ilmu. 

Dua tahun yang lalu di kota Malang, mulai perjuangan melaksanakan tugas sebagai mahasiswa tingkat akhir yang ingin segera mengakhiri masa kuliah. Dengan modal yakin lulus dan doa dari mama, alhamdulillah perjuangan lulus lebih cepat pun terlewati.

Setahun yang lalu, setelah mencoba bekerja di salah satu lembaga kursus, akupun menyadari ada hal lain yang masih ingin kulakukan. Setelah resign beberapa kali mencoba menantang diri sendiri dengan mencoba apply di perusahaan yang cukup banyak tantangan. Cukup banyak pelajaran yang kudapat dari setiap interview. Meskipun pada akhirnya tidak bisa mengambil kesempatan bergabung karena masih menunggu proses pekerjaan yang sesuai dengan passion. 
Mungkin terlalu 'sok' dengan tidak mengambil kesempatan tersebut. Namun, lagi-lagi dengan modal nekat dan doa serta dukungan orang tua alhamdulillah pekerjaan tersebut menjadi ladang rezekiku.

Tepat pada beberapa bulan akhir 2014, perjuanganku pun dimulai. Proses perekrutan yang cukup panjang dan berbelit tak ayal menguras seluruh remah-remah tabungan. 
Yang ada di fikiranku adalah 'how to make  money?'
Perjalanan jakarta surabaya telah menghabiskan setiap keping rupiah tabunganku. Perjuangan dimulai dengan ide iseng yang ingin wirausaha. Begitulah cara mendapatkan uang tercepat. Niat, coba, laksanakan, terus usaha, doa yang tiada henti. Maka voila semua sesuai rencana. Modal menempuh hidup baru di ibu kota.

Setiap pilihan selalu ada resiko. Baik buruknya resiko tersebut merupakan konsekuensi yang harus kita terima dan jalani.
Dari tantangan yang telah aku buat sendiri pada nyatanya aku mampu menembus pintu-pintu dengan hanya modal nekat dan doa dari mama.
Apakah aku terjebak dengan pilihan?
Aku rasa tidak. 
Tidak memilih pun merupakan sebuag pilihan. Kita akan selalu hidup dengan berbagai macam pilihan.
Ketika aku harus memilih maka itulah konsekuensi yang akan aku terima dengan sadar. Seharusnya itu merupakan filter awal sebelum melakukan pemilihan terhadap apapun.
Jangan pernah menyesal dengan pilihan.

Yang harus diubah bukanlah kesalahan dalam memilih. Peluang apa yang ada dan bisa kita lakukan dengan apapun pilihan kita. Jangan jadi generasi yang hanya bisa mengeluh dan menyesali. Tapi buatlah setiap celah pilihan itu menjadi hal yang berguna bagi masyrakat. Dengan melakukan hal tersebut akan mengikis keluhan serta membuat kita menjadi manusia yang bersyukur.