Kamis, 05 Maret 2015

Sebuah Awal



Sebuah Awal Baru

Setahun sudah kelulusan dari universitas tercinta. Siapa sih yang tidak bangga akhirnya lulus dan menoreh prestasi dan membanggakan orang tua. Selama 2,5 tahun berjuang untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya agak sulit dipikir oleh nalar. Kenapa? Karena hal yang kuinginkan seringnya tidak masuk akal apabila melihat kondisiku saat itu. Tapi, semua itu terjadi ‘DREAM CAME TRUE’ alhamdulillah. Itulah maha baiknya Allah yang memeberi kesempatan kepadaku untuk percaya dan tetap berusaha. Mungkin banyak dari mereka yang awalnya nyinyir saat mengetahui apa yang sedang aku usahakan. Sedangkan saat aku telah berhasil melaluinya banyak pula yang masih nyinyir dengan apa yang sudah kukerjakan. Aku cuma bisa bilang ‘Hey, disaat kalian komentar dan hanya bisa komentar, aku berpikir dan berjuang mencapai tujuanku’ so, pada intinya adalah talk less do more. Man jadda wajada! Disini aku mau sharing aja pengalaman selama menggapai impian.

Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara, adikku perempuan dan laki-laki. Aku berasal dari keluarga sederhana. Meskipun sering sekali dari orang yang baru mengenalku tidak percaya akan hal itu. Well that is true. Hidup keras membuatku jadi orang yang keras pula untuk menggapai tujuanku. Aku bersyukur mengalami itu semua karena hal-hal itu mendewasakanku. Aku tidak malu akan hidupku yang biasa-biasa saja. Karena memang semua ini hanya titipan kan? Apalah arti dunia kalo hanya untuk menyombongkan diri. Useless.

Sejak SD aku suka sekali dengan hal baru dan menantang. Bahkan sering sekali aku menantang diriku sendiri. Namun, aku juga seorang yang minder pada awalnya. Dua sifat yang bertolak belakang tapi hidup berdampingan. Koq bisa? Buktinya aku! Hahaha. Aku cukup berprestasi dari SD dan akhirnya aku bisa masuk SMP favorit di Surabaya. Bangga? Pasti! Siapa yang tidak bangga bisa masuk di SMP yang menelurkan begitu banyak orang sukses. Saya pun seperti itu. Aminn! Sejak SMP prestasiku semakin menurun. Banyak sekali masalah yang terjadi dan berakibat buruk. Ini merupakan pelajaran buat aku pribadi untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Bukan berarti orang tuaku tidak baik ya, there is no school for being parents. There is no perfect parents right? Because they are human. Human makes mistake. 

Ok lanjut. Kesalahan-kesalahan fatal itu adalah aku jadi malas belajar dan akhirnya aku tidak bisa masuk SMA yang aku inginkan. Setelah kegagalanku yang pertama aku jadi berfikir aku harus bisa kuliah di univ. Negri untuk membayar kesalahanku. Hal fatal yang kulakukan menjadikanku gagal untuk menepati janji kepada alm. Nenekku yang ingin aku jadi dokter.  Nenekku mengidap diabetes pada saat aku masih SD. Karena aku lebih sering menghabiskan waktu bersama beliau aku ingin jadi dokter karena ingin nenekku sembuh. Ternyata Allah telah memanggil beliau disaat cita-cita itu baru dipupuk. Pada saat SMA kehidupanku lebih berat dari sebelumnya. Disaat itulah aku mulai meyakinkan diriku untuk tidak menyerah dengan keadaan. Karena akan selalu ada masalah yang lebih berat menanti. Jangankan untuk kuliah pada saat itu, untuk makan sehari-hari saja begitu susah. Aku bahkan kerja di warung es supaya bisa beli seragam. Tidak pernah terpikirkan sama sekali aku akan mengalami hal seperti itu. Dari situlah aku mulai merasakan proses berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Hidup itu tidak mudah. Masa depan? Dengan keadaan seperti itu? Kuliah? Hanya ada minder yang tersisa untuk menjalani hari-hari.

Pada saat aku merasa impianku mustahil. Aku bertemu seorang mahasiswi jurusan psikologi. Dia banyak membantuku berubah dengan mindset. Dia mengajariku dalam mengenali inti dari masalah untuk mencari solusinya. Its worked! Meskipun berakhir buruk karena ternyata dia mengemban misi khusus yang berhubungan dengan sekularisme. Well, mungkin itu salah satu pertolongan Allah untuk menyadarkanku. Berangkat dari situ mulailah konsep sukses, bagaimana meraihnya dan apa saja yang harus dilakukan. Sejak kelas 2 SMA aku mulai aktif ikut kegiatan yang biasanya aku malas sekali. Ada satu kegiatan yang membuat agak berbeda  aku ikut dalam klub kimia. Well, aku suka sekali pelajaran itu. Guru kimiaku juga yang banyak memberikan masukan tidak hanya pelajaran namun nasihat untuk jadi pribadi yang lebih baik. Alhamdulillah selalu bertemu dengan orang-orang yang memotivasi untuk jadi lebih baik. 

Keinginanku untuk lanjut kuliah sangatlah kuat. Meskipun pada saat itu kedaan orang tuaku tidak memungkinkan untuk aku melanjutkan kuliah. Aku selalu yakin tidak ada yang tidak mungkin ketika Allah berkehendak kan? Aku hanya bisa berdoa dan berdoa untuk keinginanku tersebut. Setelah usaha maksimal yang telah aku lalui. Allah memberikan kejutan indah sebelum UNAS. Akhirnya ada kemungkinan aku bisa melanjutkan kuliah. Allah telah menitipkan rezeki kuliahku. Tinggal usaha maksimal sampai akhir. Tuh kan! Tidak ada yang tidak mungkin!

Bingung milih jurusan adalah lanjutan masalahku. Selama ini aku sudah tidak memikirkan harus kuliah apa. Karena awal yang aku tuju adalah kedokteran yang sangat tidak mungkin dengan nilai sekolahku yang pas segitu aja. Dengan berat hati melepas keinginanku jadi dokter. Sudah yang penting kuliah di negri hanya itu yang terpikirkan. Mindset diterima di univ. Negeri pasti keren. Walaupun tidak bisa jadi dokter aku masih ingin belajar tentang hal yang berhubungan dengan kesehatan. Paling tidak aku tetap bisa mengabdi untuk kebaikan. Aku juga terpikir kuliah bahasa asing supaya aku bisa mengajar. Dengan mengajarkan bahasa asing nantinya mereka yang ingin jadi dokter bisa bahasa asli dari buku kedokteran yang kebanyakan bahasa asing atau aku bisa menerjemahkan untuk mereka. Hal-hal itu yang sempat terpikirkan saat memilih jurusan kuliah. Pada akhirnya aku berkosultasi dengan guru kimiaku. Beliau menyarankan untuk bahasa asing pilih sastra jepang saja karena masih jarang yang bisa sedangkan lulusannya sangat dibutuhkan. Beliau juga mendoakan aku diterima di sastra jepang saja. Akhirnya doa beliau terkabul. Aku diterima di salah satu univ negri dengan jurusan sastra jepang.

FYI di sekolahku bahasa asing hanya bahasa inggris dengan kata lain aku tidak mengenal bahasa jepang sama sekali. Yang aku tau hanyalah doraemon dan sailor moon berasal dari jepang. Sedangkan dari kedua anime tersebut masuk indonesia dengan berbahasa indonesia. Akhirnya aku ikut les kilat bahasa jepang. Kata mamaku agar aku tidak terlihat bodoh di dalam kelas. Pada saat les bahasa jepang terlihat mudah dan aku semangat sekali mengikuti pelajarn bahasa jepang. Rumor sekolah jurusan bahasa lebih santai daripada jurusan yang lain jadi angin segar setelah melalui masa SMA yang padat.

Jreng..jreng kenyataan pahitnya adalah? Bahasa jepang itu susaaaaaaaah pake banget. Bagi mereka penggila anime atau komik dari bayi mungkin akan semangat mempelajarinya. Sedangkan aku? Tujuanku belajar bahasa jepang masih cetek dan belum ada tujuan jelas kemana. Mungkin nanti bagi para pengajar bahasa tolong diperjelas gunanya belajar bahasa asing biar dari awal semangat sampai akhir. Mugkin karena aku malas mencari tau ya jadinya niat yang awalnya begitu mulia pupus dengan keadaan. Culture shock dari anak SMA jadi mahasiswa ternyata dampaknya juga besar. Kuliah yang memang sistemnya dihitung sks dengan jam pelajaran yang bisa diatur sendiri membuatku yang belum dewasa kadang tidak bertanggung jawab. Tolong yang ini jangan ditiru. Semester awal aku masih menggebu-gebu untuk mendapat nilai yang baik namun kenyataan tidak selalu manis. Nilai akhirku kurang 0,02 poin dari target awalku. Itu mengubah semua keadaan. 

Pada semester ketiga aku memutuskan untuk cuti kuliah. Ada  masalah keluarga yang memang tidak memungkinkan lanjut kuliah. Nilaiku juga tidak membaik jadilah aku lebih memilih bekerja dulu. Aku ingin tetap kuliah namun dengan biaya sendiri agar aku bisa lebih bertanggung jawab dan tidak membebani orang tuaku. Perjalanan baru pun dimulai. Kerja mulai dari SPG, marketing a.k.a sales dan yang paling parah pernah ikut rekruitment  jadi admin, eh ternyata malah jadi sales keliling itupun di pulau seberang.  Hal gila pertama yang pernah terjadi selama apply pekerjaan yakni tertipu lowongan pekerjaan di koran. Alih-alih jadi staff kantoran yang duduk manis malah ditipu mentah-mentah saat rekrutmen. Nasib anak baru lulus gampang ditipu. Akhirnya aku lebih memilih apply jadi SPG lebih jelas pekerjaannya dan takut tertipu untuk kedua kalinya.

Selama kurang lebih satu semester menjalani dunia kerja. Duitnya bisa buat kuliah? BIG NO! Buat jajan aja udah syukur. Akhirnya memperpanjang cuti kuliah untuk semester 4. Setelah menjalani berbagai freelance SPG, marketing, telemarketing kurang lebih hampir satu tahun aku mendapat pekerjaan yang lebih baik. Pengalaman menjadi telemarketing yang diabayarnya per success call menjadi tiket masuk menjadi call center.  Bagi yang bisa kuliah tanpa mikir biaya tolong ya bisa bersyukur, jangam disia-siain kuliahnya. Cari duit itu susah. Asli deh.

Mendapat pekerjaan yang lebih baik alhamdulillah bisa nabung sedikit buat biaya kuliah. FYI meskipun kuliahku negri termasuk mahal dibanding dengan univ negri lain yang bayarnya masi ratusan ribu, ditempatku bisa 2-3x lipat dari spp lainnya. Awesome! Btw sebelum mengajukan cuti kuliah aku sudah pernah mencoba meminta keringanan biaya dan mengajukan besasiwa but failed. Entahlah apa penyebabnya. Pelajaran lagi nih. Jangan mempersulit orang lain. Allah mungkin memang belum mengijinkan aku untuk lanjut kuliah dulu pada saat itu jadinya semangat nabung buat bayar kuliah. 

Dunia kerja itu tidak indah saat kamu masuk paling muda sedangkan yang lain sudah lulus S1 sedangkan kamu masuk dengan ijazah SMA dan kalian menerima gaji yang sama. Disaat kita masuk dengan cara yang sesuai prosedur pun banyak yang sanksi akan hal itu akhirnya tersebarlah gosip yang bukan-bukan. Selamat datang di kenyataan! Inilah sekolah kehidupan.  Kabar baiknya akhirnya bisa menyesuaikan dengan lingkungan kerja dan selamat sampai dengan resign. Pengalaman kerja pun berakhir happy ending. Dengan penglaman lebih dari setahun membuatku belajar banyak mengenal pribadi orang yang bermacam-macam, menghadapi orang baru dan menghadapi masalah dengan solusinya. Jeda resign dan masuk kuliah hanya 1 minggu. Banyak hal yang haru dipersiapkan sebelum memutuskan kembali kuliah.

Memutuskan kembali kuliah tidak hanya permasalahan biaya. Tapi bagaimana menjalani kuliah yang sudah ditinggal selama 2 tahun? Bayangkan selama 2  tahun aku hanya berkutat dengan pekerjaan pastinya pelajaran 2 semester hilang begitu saja. 2 semester belajar vs 2 tahun tidak belajar! 6 bulan sebelum masuk kuliah aku belajar kembali pelajaran yang selama ini kutinggalkan. Aku bahkan berniat untuk les. Namun waktu yang kupunya tidak banyak karena bekerja. Jadilah aku belajar intensif sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Karena aku juga hilang kontak dengan teman-teman kuliahku selama cuti.

Perjalanan kuliah pun dimulai. Hal pertama yang kulakukan menemui kaprodiku. Beliau sempat ragu saat aku mau masuk kuliah kembali. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan kepadaku termasuk kesiapanku menjalani perkuliahan kembali. Aku pun berhasil meyakinkan beliau bahwa aku yakin bisa mengikuti perkuliahan. Karena aku juga sudah melakukan persiapan sebelum memutuskan kuliah. Bahkan beliau juga menanyakan seberapa jauh yang telah kupelajari. Akhirnya beliau mau membantuku. Aku dibawa bertemu dengan pembantu dekan 1 untuk konsultasi mengenai mata kuliah dan masa perkuliahan yang akan kujalani. Alhamdulillah aku berhasil meyakinkan beliau-beliau ini. Aku pun berjanji akan menyelesaikan kuliahku dengan baik dengan nilai yang baik pula. Pada saat itu baik kaprodi maupun pembantu dekan 1 memberiku saran agar aku bisa menyelesaikan kuliahku secepat mungkin jadi masa studiku bisa lebih cepat yakni 3,5 tahun. Disitu aku merasa tertantang untuk menyelesaikan sisa masa studiku 2,5 tahun agar lulus tepat 3,5 tahun. 

Hal yang cukup susah sebenarnya. Bayangkan saja dengan nilai ipk yang hanya segitu ditambah cuti 2 tahun cukup mustahil untuk menyelesaikan tantangan dari beliau-beliau ini. Tapi aku yakin bisa. Karena aku punya Allah yang begitu baik yang selalu memberiku kesempatan dan terima kasih banyak kepada bu kaprodi dan PD 1 yang memberiku kesempatan kembali kuliah. Alhamdulillah pada akhirnya aku bisa menyelesaikan masa kuliahku sesuai dengan targetku yakni 3,5 tahun. Bahkan aku bisa melebihi target ipk dari yang kutetapkan. Meskipun tidak cumlaude aku sangat bersyukur.

"Setiap doa yang berpangkal dari hati akan didengar olehNya, teruslah berdoa dan berusaha."
Kita tidak pernah tau mengenai masa depan. Yang bisa kita lakukan saat ini lakukanlah sebaik mungkin. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Lakukan yang terbaik di setiap kesempatan. Urusan berhasil atau tidak itu masih nanti. Hargai setiap proses dan bersyukurlah.

Semoga sharing ini bisa bermanfaat.