Sebuah Awal Baru
Setahun sudah kelulusan dari universitas tercinta. Siapa sih
yang tidak bangga akhirnya lulus dan menoreh prestasi dan membanggakan orang
tua. Selama 2,5 tahun berjuang untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya agak
sulit dipikir oleh nalar. Kenapa? Karena hal yang kuinginkan seringnya tidak
masuk akal apabila melihat kondisiku saat itu. Tapi, semua itu terjadi ‘DREAM
CAME TRUE’ alhamdulillah. Itulah maha baiknya Allah yang memeberi kesempatan
kepadaku untuk percaya dan tetap berusaha. Mungkin banyak dari mereka yang
awalnya nyinyir saat mengetahui apa
yang sedang aku usahakan. Sedangkan saat aku telah berhasil melaluinya banyak
pula yang masih nyinyir dengan apa
yang sudah kukerjakan. Aku cuma bisa bilang ‘Hey, disaat kalian komentar dan
hanya bisa komentar, aku berpikir dan berjuang mencapai tujuanku’ so, pada
intinya adalah talk less do more. Man jadda wajada! Disini aku mau sharing aja
pengalaman selama menggapai impian.
Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara, adikku perempuan
dan laki-laki. Aku berasal dari keluarga sederhana. Meskipun sering sekali dari
orang yang baru mengenalku tidak percaya akan hal itu. Well that is true. Hidup
keras membuatku jadi orang yang keras pula untuk menggapai tujuanku. Aku bersyukur
mengalami itu semua karena hal-hal itu mendewasakanku. Aku tidak malu akan
hidupku yang biasa-biasa saja. Karena memang semua ini hanya titipan kan? Apalah
arti dunia kalo hanya untuk menyombongkan diri. Useless.
Sejak SD aku suka sekali dengan hal baru dan menantang. Bahkan
sering sekali aku menantang diriku sendiri. Namun, aku juga seorang yang minder
pada awalnya. Dua sifat yang bertolak belakang tapi hidup berdampingan. Koq bisa?
Buktinya aku! Hahaha. Aku cukup berprestasi dari SD dan akhirnya aku bisa masuk
SMP favorit di Surabaya. Bangga? Pasti! Siapa yang tidak bangga bisa masuk di
SMP yang menelurkan begitu banyak orang sukses. Saya pun seperti itu. Aminn! Sejak
SMP prestasiku semakin menurun. Banyak sekali masalah yang terjadi dan
berakibat buruk. Ini merupakan pelajaran buat aku pribadi untuk menjadi orang
tua yang lebih baik. Bukan berarti orang tuaku tidak baik ya, there is no
school for being parents. There is no perfect parents right? Because they are
human. Human makes mistake.
Ok lanjut. Kesalahan-kesalahan fatal itu adalah aku jadi
malas belajar dan akhirnya aku tidak bisa masuk SMA yang aku inginkan. Setelah kegagalanku
yang pertama aku jadi berfikir aku harus bisa kuliah di univ. Negri untuk
membayar kesalahanku. Hal fatal yang kulakukan menjadikanku gagal untuk
menepati janji kepada alm. Nenekku yang ingin aku jadi dokter. Nenekku mengidap diabetes pada saat aku masih
SD. Karena aku lebih sering menghabiskan waktu bersama beliau aku ingin jadi
dokter karena ingin nenekku sembuh. Ternyata Allah telah memanggil beliau
disaat cita-cita itu baru dipupuk. Pada saat SMA kehidupanku lebih berat dari
sebelumnya. Disaat itulah aku mulai meyakinkan diriku untuk tidak menyerah
dengan keadaan. Karena akan selalu ada masalah yang lebih berat menanti. Jangankan
untuk kuliah pada saat itu, untuk makan sehari-hari saja begitu susah. Aku
bahkan kerja di warung es supaya bisa beli seragam. Tidak pernah terpikirkan
sama sekali aku akan mengalami hal seperti itu. Dari situlah aku mulai
merasakan proses berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Hidup itu tidak mudah. Masa
depan? Dengan keadaan seperti itu? Kuliah? Hanya ada minder yang tersisa untuk
menjalani hari-hari.
Pada saat aku merasa impianku mustahil. Aku bertemu seorang
mahasiswi jurusan psikologi. Dia banyak membantuku berubah dengan mindset. Dia mengajariku
dalam mengenali inti dari masalah untuk mencari solusinya. Its worked! Meskipun
berakhir buruk karena ternyata dia mengemban misi khusus yang berhubungan
dengan sekularisme. Well, mungkin itu salah satu pertolongan Allah untuk
menyadarkanku. Berangkat dari situ mulailah konsep sukses, bagaimana meraihnya
dan apa saja yang harus dilakukan. Sejak kelas 2 SMA aku mulai aktif ikut
kegiatan yang biasanya aku malas sekali. Ada satu kegiatan yang membuat agak
berbeda aku ikut dalam klub kimia. Well,
aku suka sekali pelajaran itu. Guru kimiaku juga yang banyak memberikan masukan
tidak hanya pelajaran namun nasihat untuk jadi pribadi yang lebih baik. Alhamdulillah
selalu bertemu dengan orang-orang yang memotivasi untuk jadi lebih baik.
Keinginanku untuk lanjut kuliah sangatlah kuat. Meskipun pada
saat itu kedaan orang tuaku tidak memungkinkan untuk aku melanjutkan kuliah. Aku
selalu yakin tidak ada yang tidak mungkin ketika Allah berkehendak kan? Aku hanya
bisa berdoa dan berdoa untuk keinginanku tersebut. Setelah usaha maksimal yang
telah aku lalui. Allah memberikan kejutan indah sebelum UNAS. Akhirnya ada
kemungkinan aku bisa melanjutkan kuliah. Allah telah menitipkan rezeki
kuliahku. Tinggal usaha maksimal sampai akhir. Tuh kan! Tidak ada yang tidak
mungkin!
Bingung milih jurusan adalah lanjutan masalahku. Selama ini
aku sudah tidak memikirkan harus kuliah apa. Karena awal yang aku tuju adalah
kedokteran yang sangat tidak mungkin dengan nilai sekolahku yang pas segitu
aja. Dengan berat hati melepas keinginanku jadi dokter. Sudah yang penting
kuliah di negri hanya itu yang terpikirkan. Mindset diterima di univ. Negeri pasti
keren. Walaupun tidak bisa jadi dokter aku masih ingin belajar tentang hal yang
berhubungan dengan kesehatan. Paling tidak aku tetap bisa mengabdi untuk
kebaikan. Aku juga terpikir kuliah bahasa asing supaya aku bisa mengajar. Dengan
mengajarkan bahasa asing nantinya mereka yang ingin jadi dokter bisa bahasa
asli dari buku kedokteran yang kebanyakan bahasa asing atau aku bisa
menerjemahkan untuk mereka. Hal-hal itu yang sempat terpikirkan saat memilih
jurusan kuliah. Pada akhirnya aku berkosultasi dengan guru kimiaku. Beliau menyarankan
untuk bahasa asing pilih sastra jepang saja karena masih jarang yang bisa
sedangkan lulusannya sangat dibutuhkan. Beliau juga mendoakan aku diterima di
sastra jepang saja. Akhirnya doa beliau terkabul. Aku diterima di salah satu
univ negri dengan jurusan sastra jepang.
FYI di sekolahku bahasa asing hanya bahasa inggris dengan
kata lain aku tidak mengenal bahasa jepang sama sekali. Yang aku tau hanyalah
doraemon dan sailor moon berasal dari jepang. Sedangkan dari kedua anime
tersebut masuk indonesia dengan berbahasa indonesia. Akhirnya aku ikut les
kilat bahasa jepang. Kata mamaku agar aku tidak terlihat bodoh di dalam kelas. Pada
saat les bahasa jepang terlihat mudah dan aku semangat sekali mengikuti
pelajarn bahasa jepang. Rumor sekolah jurusan bahasa lebih santai daripada
jurusan yang lain jadi angin segar setelah melalui masa SMA yang padat.
Jreng..jreng kenyataan pahitnya adalah? Bahasa jepang itu
susaaaaaaaah pake banget. Bagi mereka penggila anime atau komik dari bayi
mungkin akan semangat mempelajarinya. Sedangkan aku? Tujuanku belajar bahasa
jepang masih cetek dan belum ada tujuan jelas kemana. Mungkin nanti bagi para
pengajar bahasa tolong diperjelas gunanya belajar bahasa asing biar dari awal semangat
sampai akhir. Mugkin karena aku malas mencari tau ya jadinya niat yang awalnya
begitu mulia pupus dengan keadaan. Culture shock dari anak SMA jadi mahasiswa
ternyata dampaknya juga besar. Kuliah yang memang sistemnya dihitung sks dengan
jam pelajaran yang bisa diatur sendiri membuatku yang belum dewasa kadang tidak
bertanggung jawab. Tolong yang ini jangan ditiru. Semester awal aku masih
menggebu-gebu untuk mendapat nilai yang baik namun kenyataan tidak selalu
manis. Nilai akhirku kurang 0,02 poin dari target awalku. Itu mengubah semua
keadaan.
Pada semester ketiga aku memutuskan untuk cuti kuliah. Ada masalah keluarga yang memang tidak memungkinkan
lanjut kuliah. Nilaiku juga tidak membaik jadilah aku lebih memilih bekerja
dulu. Aku ingin tetap kuliah namun dengan biaya sendiri agar aku bisa lebih
bertanggung jawab dan tidak membebani orang tuaku. Perjalanan baru pun dimulai.
Kerja mulai dari SPG, marketing a.k.a sales dan yang paling parah pernah ikut
rekruitment jadi admin, eh ternyata
malah jadi sales keliling itupun di pulau seberang. Hal gila pertama yang pernah terjadi selama
apply pekerjaan yakni tertipu lowongan pekerjaan di koran. Alih-alih jadi staff
kantoran yang duduk manis malah ditipu mentah-mentah saat rekrutmen. Nasib anak
baru lulus gampang ditipu. Akhirnya aku lebih memilih apply jadi SPG lebih
jelas pekerjaannya dan takut tertipu untuk kedua kalinya.
Selama kurang lebih satu semester menjalani dunia kerja. Duitnya
bisa buat kuliah? BIG NO! Buat jajan aja udah syukur. Akhirnya memperpanjang
cuti kuliah untuk semester 4. Setelah menjalani berbagai freelance SPG,
marketing, telemarketing kurang lebih hampir satu tahun aku mendapat pekerjaan
yang lebih baik. Pengalaman menjadi telemarketing yang diabayarnya per success
call menjadi tiket masuk menjadi call center. Bagi yang bisa kuliah tanpa mikir biaya tolong
ya bisa bersyukur, jangam disia-siain kuliahnya. Cari duit itu susah. Asli deh.
Mendapat pekerjaan yang lebih baik alhamdulillah bisa nabung
sedikit buat biaya kuliah. FYI meskipun kuliahku negri termasuk mahal dibanding
dengan univ negri lain yang bayarnya masi ratusan ribu, ditempatku bisa 2-3x
lipat dari spp lainnya. Awesome! Btw sebelum mengajukan cuti kuliah aku sudah
pernah mencoba meminta keringanan biaya dan mengajukan besasiwa but failed. Entahlah
apa penyebabnya. Pelajaran lagi nih. Jangan mempersulit orang lain. Allah
mungkin memang belum mengijinkan aku untuk lanjut kuliah dulu pada saat itu
jadinya semangat nabung buat bayar kuliah.
Dunia kerja itu tidak indah saat kamu masuk paling muda
sedangkan yang lain sudah lulus S1 sedangkan kamu masuk dengan ijazah SMA dan
kalian menerima gaji yang sama. Disaat kita masuk dengan cara yang sesuai
prosedur pun banyak yang sanksi akan hal itu akhirnya tersebarlah gosip yang
bukan-bukan. Selamat datang di kenyataan! Inilah sekolah kehidupan. Kabar baiknya akhirnya bisa menyesuaikan
dengan lingkungan kerja dan selamat sampai dengan resign. Pengalaman kerja pun
berakhir happy ending. Dengan penglaman lebih dari setahun membuatku belajar
banyak mengenal pribadi orang yang bermacam-macam, menghadapi orang baru dan
menghadapi masalah dengan solusinya. Jeda resign dan masuk kuliah hanya 1
minggu. Banyak hal yang haru dipersiapkan sebelum memutuskan kembali kuliah.
Memutuskan kembali kuliah tidak hanya permasalahan biaya. Tapi
bagaimana menjalani kuliah yang sudah ditinggal selama 2 tahun? Bayangkan selama
2 tahun aku hanya berkutat dengan
pekerjaan pastinya pelajaran 2 semester hilang begitu saja. 2 semester belajar
vs 2 tahun tidak belajar! 6 bulan sebelum masuk kuliah aku belajar kembali
pelajaran yang selama ini kutinggalkan. Aku bahkan berniat untuk les. Namun waktu
yang kupunya tidak banyak karena bekerja. Jadilah aku belajar intensif sendiri
tanpa bantuan dari siapapun. Karena aku juga hilang kontak dengan teman-teman
kuliahku selama cuti.
Perjalanan kuliah pun dimulai. Hal pertama yang kulakukan
menemui kaprodiku. Beliau sempat ragu saat aku mau masuk kuliah kembali. Banyak
sekali pertanyaan yang diajukan kepadaku termasuk kesiapanku menjalani
perkuliahan kembali. Aku pun berhasil meyakinkan beliau bahwa aku yakin bisa
mengikuti perkuliahan. Karena aku juga sudah melakukan persiapan sebelum
memutuskan kuliah. Bahkan beliau juga menanyakan seberapa jauh yang telah
kupelajari. Akhirnya beliau mau membantuku. Aku dibawa bertemu dengan pembantu
dekan 1 untuk konsultasi mengenai mata kuliah dan masa perkuliahan yang akan
kujalani. Alhamdulillah aku berhasil meyakinkan beliau-beliau ini. Aku pun
berjanji akan menyelesaikan kuliahku dengan baik dengan nilai yang baik pula. Pada
saat itu baik kaprodi maupun pembantu dekan 1 memberiku saran agar aku bisa
menyelesaikan kuliahku secepat mungkin jadi masa studiku bisa lebih cepat yakni
3,5 tahun. Disitu aku merasa tertantang untuk menyelesaikan sisa masa studiku 2,5
tahun agar lulus tepat 3,5 tahun.
Hal yang cukup susah sebenarnya. Bayangkan saja dengan nilai
ipk yang hanya segitu ditambah cuti 2 tahun cukup mustahil untuk menyelesaikan
tantangan dari beliau-beliau ini. Tapi aku yakin bisa. Karena aku punya Allah
yang begitu baik yang selalu memberiku kesempatan dan terima kasih banyak
kepada bu kaprodi dan PD 1 yang memberiku kesempatan kembali kuliah. Alhamdulillah pada akhirnya aku bisa menyelesaikan masa kuliahku sesuai dengan targetku yakni 3,5 tahun. Bahkan aku bisa melebihi target ipk dari yang kutetapkan. Meskipun tidak cumlaude aku sangat bersyukur.
"Setiap doa yang berpangkal dari hati akan didengar olehNya, teruslah berdoa dan berusaha."
Kita tidak pernah tau mengenai masa depan. Yang bisa kita lakukan saat ini lakukanlah sebaik mungkin. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Lakukan yang terbaik di setiap kesempatan. Urusan berhasil atau tidak itu masih nanti. Hargai setiap proses dan bersyukurlah.