Minggu, 29 Mei 2016

Kosong

jiwaku layu merindumu
hatiku rapuh menunggumu

hari kian berlalu,di penghujung ramadhan lalu Allah memperkenalkanku dengan belajar menerima perbedaan yang begitu jauh dengan hal-hal yang tidak mungkin disatukan. 'sabar' hanya kata itu yang mampu mengutarakan semuanya.
meniti hari, minggu dan bulan bersamanya, aku belajar lebih mandiri di tanah rantau ini.

dia yang 'ada' tapi tak benar-benar ada. jarak dan perbedaan waktu yang membuat keadaan tak mudah. bulan demi bulan pun berlalu menunggu dan menunggu. aku pun berusaha menikam rindu yang semakin menusuk. tegar, mungkin hanya 'terlihat' seperti itu. aku rapuh seperti dedaunan kering di musim kemarau. rapuh hanya dengan koyakan angin yang mampu meremukkan rasa ini.

semua tak pernah benar-benar mudah. menghadapi kenyataan tak semudah membangun harapan. hancur seperti susunan balok lego atau susunan kartu yang dengan mudah dibongkar. messed up. yup indeed.

apalah aku?

terlalu baik bisa lebih menyakitkan. betrayal bisa membunuh api semangat. menikam seluruh asa. menghancurkan harapan.

kosong?
seperti lembaran kertas yang bisa ditulis ulang. wait. mungkin kita bisa membuka kehidupan baru dengan kertas kosong ini. tapi, kosong itu bukan lagi lembaran kertas. kosong itu lubang yang ketika ditambal pun akan berbekas. sepertinya bisa diperbaiki tapi tidak akan kembali seperti semula.

lembaran baru pun bisa ditulis dengan cerita baru. namun kosong itu belum bisa terisi dengan cerita baru. kosong itu tetap akan menjadi lubang yang pada nantinya akan terlupakan sendirinya.

terlupakan bukan berarti hilang.

so berapa banyak lubang kosong yang terlupakan?

i don't even know about that.

aku hanya tau bagaimana melanjutkan hidup dengan berbagai kekosongan yang tetap ada. life must go on. hancur bukan berarti musnah kan?
masih ada masa depan yang belum ternodai dengan berbagai masalah pelik.
aku hanya tau cara menata kembali masa depan dengan hati yang tetap remuk redam.
bolehlah patah hati tapi pantang patah arang.
entah seberapapun banyak lubang kosong dari tikaman masa lalu hari esok tetap ada terbit dan tenggelamnya matahari.

kosong?

takkan ada obat untuk mengembalikan keadaan seperti semula. just keep going. u learn something new. getting new experiences. meet peoples.
we live a wonderful life.

kekosongan itu akan selalu ada di setiap perjalanan. sakit atau tidak tergantung kita menyikapinya.

menangis adalah hal yang wajar untuk merespon rasa sakit. apapun yang telah terjadi takkan mengubah masa lalu. menyesal? pasti. tapi, terbitnya  mentari takkan menunggu kita yang masih tenggelam dalam kekosongan ini.

be strong. masih ada hari esok yang bisa lebih baik.

setelah badai akan ada pelangi.
begitu juga aku yang akan membuat pelangiku sendiri.

Kamis, 14 April 2016

Anak Rantau

Langit tak selalu cerah... dan tidak pula selalu gelap.
setiap jalan pasti tak mulus.
akan ada usaha sungguh-sungguh di balik doa.
akan ada rindu yang kau bawa dari ibu.

Hampir setahun menjadi anak rantau. Jauh dari rumah. Apasih yang disebut dengan rumah? sampai sekarang masih belum tau secara pasti. Rumah bukan hanya tempat tinggal yang kita sertakan dalam setiap alamat. Bagiku arti 'rumah' lebih dari itu.
Rumah adalah tempat dimana kita merasa nyaman untuk benar-benar jadi diri sendiri dan dengan orang-orang yang tulus menerima kita apa adanya.

So, which one i have to go to?

Terkadang rumah itu bisa tergantikan. Banyak hal yang menyibukkan sehingga rumah itu bisa tiba-tiba menghilang berganti dengan segala rentetan jadwal dan deadline.
Apabila ditanya ditanya..

ga kangen sama rumah?
of course, i did. I always miss my hometown with the whole things there.

terus, kenapa ga pulang?
pertanyaan susah.

terkadang aku merasa menjadi anak durhaka. karena jarang sekali aku benar-benar pulang. ketika aku pulang sudah banyak jadwal yang aku arrange entah hang-out bersama teman-teman, menghadiri pernikahan, atau sekedar jalan untuk kuliner. Lalu, sebenarnya aku pulang untuk apa?
Bahkan sudah sampai di titik itu.

setelah merantau hampir setahun aku baru merasakan hal tersebut. emm. Ortu baik-baik aja dengan kelakuanku yang seperti itu. Namun, ternyata aku yang tidak 'baik-baik saja'. Seperti ada hal yang tidak bisa tersembuhkan. Hal yang tiba-tiba kosong. Sampai saat ini belum bisa tergantikan hanya dengan kehadiran pacar.
I need my parents back sometime. but it was so childish. yes i m still a kid.

i feel my heart got hurt to write it down.

setiap keliling dai tempat-tempat baru seneng sih tapi ketika sampai di toko oleh-oleh feel something sad. aku pengen bagi kebahagiaan yang kurasain dengan mama, papa adek2ku tapi aku ga bisa. ketika aku sampe di kos cuma nemu kamar kosong. just me. i have everything in my little world but just feel nothing.

so, which one do u want to go to?

selama rentetan jadwal dan deadline masih menanti, mungkin aku bakal baik-baik saja. tapi tetap saja akan jadi kosong setelahnya.

sampai dengan saat ini sudah tidak ada lagi kata 'rumah' dalam kamus pribadiku. i just wanna share my half life with my family. it will be called home. i don't care wherever it will be. here or my hometown i just need them.
i realize that i need them more than everything.

ma, sehat terus ya.
i will be right there soon.

Senin, 28 Maret 2016

Being person who’s people expect to...



Ah.. si A belagu banget sih
Si B sok banget kaya dia bisa semua aja
Si C pasti baik ada maunya

Terkadang kita terlarut dengan persepsi yang dibangun oleh kita sendiri. Sebenarnya persepsi negatif yang telah kita bangun membuat kepribadian kita melemah. Hah? Koq bisa gitu? Hmm.. pernahkah menyadari hal ini? kita lebih banyak memperhatikan orang lain. Kita mengenali dengan baik kekurangan orang tersebut dan masih bisa memikirkan di tengah-tengah kesibukan kita, sedangkan pernahkah kita ingat akan diri kita sendiri?
Apasih tujuan hidup kita?
Apakah sudah ada poin-poin untuk menjawab itu?
Sudahkah apa yang kita lakukan membahagiakan diri kita sendiri?
Kalau sudah bisa bahagia untuk diri sendiri, apakah kebahagiaan kita juga dirasakan orang lain?
Apakah sudah merasa puas dengan diri kita sendiri?
Pertanyaan terakhir tadi akan terjawab TIDAK apabila masih melakukan perbandingan terhadap orang lain. Suka tidak suka dengan mengatakan si A, si B, si C dll menunjukkan ada dari kita yang kalah dari si A/B/C atau jangan-jangan malah kita mengakui bahwa apa yang kita ucapkan untuk si A/B/C sebenarnya adalah diri kita sendiri. Kita hanya berpura-pura menutupi hal itu semua.
Lalu,
Apasih yang membuat kita jadi terlalu fokus dengan orang lain?
Mengambil istilah lama ‘rumput tetangga lebih hijau’. Sad but true.
Ah tapi beneran si A itu emang kelakuannya sok, hmm sudahkah anda bertanya pada si A? atau anda Cuma ‘ngomong’ di belakang aja?
See? Sebaiknya selesaikan dulu pergolakan batin anda antara mengakui kesalahan atau mau menegakkan kebenaran. Menghadapi orang sok atau apapun itu yang menjengkelkan hanya ada beberapa cara jitu salah satunya mengajak bicara atau menegur. Tidak akan ada perubahan apabila kita hanya diam dan drama di belakang ‘dia’.
Berperilaku seperti yang orang harapkan.. hal seperti ini merupakan cita-cita semua orang kepada orang lain di sekitarnya. Benar apa benar? TAPI sudahkah anda bisa menjadi seperti itu?
What you did what you get
Dalam opini saya, menjadi diri sendiri sangatlah perlu. Namun, kita harus bisa mengatur porsi sesuai kebutuhan. Ada kalanya kita ‘tenggang rasa’ dan ada kalanya just being you. Bekerjalah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Jadilah pribadi profesional. Memang tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin.
Generasi kita semakin menjadi tumpuan pembangunan dewasa ini. Kita dituntut menjadi sempurna dalam waktu yang bersamaan. Banyak harapan disandarkan pada kita. But there is no perfect one except GOD. So jangan mengkerdilkan diri sendiri dengan mengecilkan orang lain.
Being person who’s people expect to? Kenapa takut?
Bukan lagi perkara harapan si A agar tidak sok ya..
TANTANGAN kita semakin besar masih rempong dengan perkara sepele itu?
Hellooow...
Ambil kaca dulu ya.. tarik nafas.. senyum
Senyumnya ikhlas engga?
Kalau ga ikhlas itulah muka kita dengan ‘topeng’
Cukuplah gunakan topeng-topengmu di luar sana jadilah apa yang kamu mau di zona nyamanmu dan terimalah dengan ikhlas kekurangan orang lain. Kita tidaklah sempurna.

*sebuah renungan malam sebagai kaca diri sendiri*